Skip to main content

The Masked Woman

Ya. Ini adalah halaman terakhir dari buku yang ku baca. Sore ini terasa begitu cepat berlalu. Damai dan tenang adalah gambaran hidupku sekarang. Aku hanyalah mahasiswa biasa yang selalu hidup “tenang”. Aku bahkan tidak pernah keluar bersama teman-temanku. Aku tak pernah tau berapa jumlah teman yang ku punya. Karena sulit bagiku menemukan seseorang yang benar-benar menginginkanku. Cepat atau lambat semua orang satu per satu pergi dari hidupku. Tak terkecuali keluargaku. Sedari dulu aku selalu hidup sendiri, mengandalkan diriku sendiri.
Jam menunjukan pukul 19:00 aku keluar dari pintu kamar kosku, aku mencari beberapa bahan makanan di kulkas dan mulai memasaknya. Hari ini menu makananku adalah ayam goreng tepung dan lagi-lagi aku makan sendiri. Entahlah, aku lebih menyukai diriku saat ini daripada aku harus berurusan dengan manusia yang menakutkan, mereka adalah seseorang yang tampil bak malaikat di depanku dan menjadi iblis bila aku tak melihatnya. Bagiku, manusia terkadang lebih menyeramkan daripada makhuk lainnya. Mereka sibuk memakai topeng ke sana kemari agar mereka mendapat apa yang mereka miliki.
Esok harinya, aku bangun dan bersiap ke kampus. Hari ini adalah awal perkuliahan dimulai. Aku begitu semangat karena aku berpikir pasti akan bertemu orang-orang baru di kelas baru. Ya, meski aku terlihat menikmati kesendirianku, aku pun menanti hari dimana aku terlepas dari kesepian ini. Aku melangkahkan kaki ke lantai dua. Di sinilah kelas Bahasa Inggris akan dimulai. Aku duduk di bangku paling depan, dan melihat sekelilingku. Ada beberapa wajah yang ku kenal dan ada beberapa lainnya yang asing menurutku. Tiba-tiba seseorang duduk di sebelahku dan menyapaku.
“Hey, nama kamu siapa?” tanyanya padaku.
“Aku Mia, dan kamu siapa? Oh iya kamu semester berapa?” tanyaku balik.
“Namaku Doni, aku semester tiga, kamu juga kan? Aku sering melihatmu di perpustakaan tapi aku tidak tahu namamu, dan ternyata aku bertemu denganmu di sini” jawabnya dengan lembut.
Kelas pun berakhir dan aku saling bertukar ID LINE dengan dia. Entah mengapa aku begitu senang hari ini. Kami pun menjadi lebih dekat dan mengenal satu sama lain. Siang harinya pun kami makan bersama di kantin. Aku sering mendengarnya cerita dan aku lebih jarang bercerita mungkin karena hidupku begitu-begitu saja.
Sebulan pun berlalu aku dan Doni selalu tampak kemana-mana bersama hingga suatu hari aku melihatnya bersama Reni. Reni adalah salah seorang yang aku takutkan di kampus. Dia pernah menjebakku dan mempermalukan hanya karena aku gendut. Dia dan teman-temannya di semester lalu sengaja ingin nilaiku jeblok karena dia menganggapku satu-satunya musuh yang harus di singkirkan. Aku melihat mereka begitu dekat, mungkin mereka memang sudah dekat. Aku pun menyadari mana mungkin ada yang benar-benar mau berteman denganku. Perlahan aku menjauh dari Doni, semua telpon dan pesannya aku abaikan. Aku pun berfokus pada kehidupanku yang lama.
Suatu hari aku pergi ke perpustakaan untuk mencari beberapa bahan untuk tugasku. aku mulai melangkah demi langkah, melewati rak demi rak, memilah buku demi buku dan aku pun mendapatkan buku yang ku cari. Aku menarik buku tersebut namun di sisi yang berlawanan denganku ada seseorang yang juga mencoba mengambil buku tersebut. Aku pun mendapatkannya setelah tarik menarik, dan aku hadapkan wajahku ke wajahnya. Dua bola matanya mengarah padaku dengan tatapan tajam, dia terlihat begitu membenciku. Dia adalah orang yang sangat ku kenal, dia adalah Reni.
“Kembalikan buku itu segera!! Aku lebih dulu mendapatkannya” bentaknya padaku.
“Kenapa kau terus menggangguku, apa salahku padamu? Aku bahkan tidak pernah mencampuri urusanmu, kenapa kau begitu membenciku?” tanyaku dengan bibir bergetar dan jantung yang seakan ingin copot.
Tiba-tiba ia menarikku ke ujung ruangan bersama teman-temannya. Ia menjambakku sementara teman-temannya menjaga agar tidak ada yang melihat kejadian ini. Aku mencoba melawan, namun semakin ku lawan semakin keras tarikannya. Ia pun mendorongku dan membisikan sesuatu di telingaku.
“Apa kau ingin tahu kenapa aku begitu membencimu? Karena kau adalah pecundang. Kau tidak layak untuk dipandang seseorang, namun kau untuk pertama kalinya menggeser posisiku sebagai nomor satu. Kau tau betapa aku terluka karena pecundang sepertimu?” bisiknya penuh dendam.
“Bukankah kau sudah puas dengan mempermalukanku di depan anak-anak dengan mengatai aku gendut dan ukuran bajuku super jumbo? Padahal di dalam gengmu sendiri ada anak yang jauh lebih gendut daripada aku. Sebelumnya kau baik padaku, tapi aku sadar kau pura-pura” jawabku lirih.
“Kebahagiaanku adalah melihatmu menderita, kau tau kan banyak teman yang berdiri di pihakku, sementara kamu? Hahaha”
“Bahkan saat kau mencuri buku catatanku sebelum ujian pun aku hanya bisa menerimanya. Apa lagi yang akan kau ambil dariku? Aku pun tidak memiliki apapun selain diriku sendiri”.
Beberapa saat kemudian datang seseorang. Begitu terkejutnya Reni dan teman-temannya karena takut ketahuan kalau dia sedang membullyku. Doni pun bertanya.
“Ren, apa yang kau….?” Sambal bertanya dan kata-katanya terhenti karena melihatku juga di sana. “Mia, kamu sedang apa kok tergeletak di sana?” lanjutnya.
“Dia tadi terjatuh jadi kami menolongnya” sahut Reni dengan wajah tanpa dosa.
“Benarkah? Mia kau baik-baik saja?” tanyanya padaku.
“Aku baik-baik saja, permisi” sambil berjalan melewati mereka.
Malam harinya pun aku mengerjakan tugas dengan buku yang telah aku pinjam di perpustakaan tadi. Saat menulis beberapa kalimat, pikiranku pun melayang mengingat kejadian tadi. Aku masih tidak dapat berpikir kenapa dia harus membenciku padahal aku tidak pernah mengganggunya. Tiba-tiba bunyi nada LINE memecahkan pikiranku.
Mia, apa kau tak apa? Apa kau terluka? Kenapa kau menjahuiku?
Aku pun hanya membaca pesan dari Doni tanpa harus membalasnya. Dia terus-terusan mengirimiku pesan hingga satu pesannya membuatku begitu panik.
Keluarlah, aku di depan kosmu. Ada yang mau aku tanyakan.
Aku mengintip jendela dan mendapati dia tengah menungguku. Dengan jaket hoodie serta celana jeans, dia tengah kedinginan menungguku di luar. Aku pun turun dari tangga dan membuka pagar. Perlahan wajahnya mulai terlihat seiring dengan tanganku yang membuka pagar. Begitu wajah yang ku rindukan. Aku benar-benar merindukannya.
“Ada apa kau kemari? Mengganggu saja?” tanyaku ketus.
“Kau… kenapa menjauhiku?” tanyanya kesal.
“Aku hanya ingin sendiri. Seperti sebelum mengenalmu.” Jawabku pelan.
“Benarkah? Benarkah kau menikmatinya? Aku hanya ingin menjadi temanmu.”
“Kau sudah memiliki Reni sebagai temanmu, jadi jangan menjadi temanku. Aku benar-benar tidak bisa berteman dengannya.”
“Aku dan dia adalah teman dari SMA yang sama tapi aku tidak seberapa dekat dengannya. Memangnya ada masalah apa kamu dengan dia?”
“Entahlah…. Aku ke kamar dulu, sudah malam.” Jawabku kesal.
Aku pun kembali mengunci pagar dan tidak menghiraukannya. Sungguh aku tidak bisa melihat dia bersama Reni. Aku kembali menyelesaikan tugasku dan tidur.
Siang harinya saat di Lab. Bahasa, Doni mendekatiku dan duduk di sebelah komputer yang aku tempati. Aku hanya diam sembari mendengarkan apa yang dosen bicarakan. Mungkin Doni menjadi kesal dan dia hanya sibuk dengan komputernya. Dia membuka-buka file di komputer lalu menemukan sebuah video berjudul “2804” dan dia pun memutar video tersebut. Jelas sekali di dalam video tersebut ada Reni yang berdiri bersama teman-temannya sementara ada satu orang yang sedang terbujur di lantai dan menangis.
“Selamat ulang tahun Mia, semoga semakin gendut. Semoga kamu semakin berat untuk berjalan dan semakin memalukan. Hahaha” kata Reni sambil menyiram rambutku dengan air yang dicampur telur busuk.
Cuplikan video tadi adalah video dimana Reni mulai menggangguku dan mempermalukanku. Saat video tersebut diputar oleh Doni dan didengarkannya dengan headphone pun membuat matanya berkaca-kaca sambil menatapku. Aku pun merasa ada seseorang yang melihatku, aku memalingkan pandanganku ke Doni dan melihat video tersebut. Sungguh sakit melihat perlakuan Reni padaku. Aku hanya menahan air mata sampai perkuliahan usai.
“Kau kenapa tidak pernah cerita kalau memiliki masalah seperti itu? Pasti berat kau melaluinya” tanya Doni padaku.
“Sungguh aku berharap bisa mengandalkan seseorang selain diriku sendiri, aku begitu takut menghadapinya. Apalagi saat dia menghina tubuhku. Sementara mereka tidak satu pun yang membelaku” jawabku.
“Baiklah aku paham kenapa kau menjauhiku saat kau tau aku berteman dengan Reni. Kau tau, dulu aku juga seorang seperti Reni, suka mengganggu orang yang menurutku pecundang. Tapi aku sadar aku salah setelah adikku meninggal karena dibully seniornya.” Jawabnya lirih.
"Mungkin itu karmamu. Aku juga menunggu karmanya” jawabku ketus lalu pergi.
Di satu sisi aku merasa kasihan namun di sisi lain aku tak bisa dekat dengan “manusia topeng” seperti dia. Sungguh orang-orang seperti mereka telah menganggap hidup orang lain tak penting dan mengatakan kata-kata yang dapat mengancurkan seseorang bahkan membunuhnya. Namun mungkin aku hanya bisa perlahan menjauhi dia. Menjauhi manusia yang merasa hidupnya memiliki segalanya seperti dia.
Aku berjalan pulang karena kelas telah usai dan aku tidak ada kelas hari ini. Saat aku telah keluar dari pintu gerbang kampus tiba-tiba sebuah mobil berhenti dihadapanku. Dia adalah Vera, salah satu teman Reni. Dia memintaku masuk ke mobilnya sambil menangis. Dia mengatakan Reni telah menipunya dan dia meminta bantuanku. Aku yang awalnya tak menggubris menjadi kasihan dan masuk ke dalam mobilnya.
“Hanya kau yang mampu melawan Reni” kata Vera padaku.
“Apa maksudmu?”
“Hanya kau yang mampu menyaingi Reni, kau akan ku ubah menjadi lebih cantik darinya dan kita harus balas dendam padanya.” Jawab Vera penuh semangat dengan eyeliner yang luntur dari matanya.
Saat sampai di kosku, Vera mengatakan akan pindah bersamaku di kos yang sama. Dia akan berusaha mengubah penampilanku dan membisikan rencana apa yang harus aku lakukan bersamanya.
Vera pun mengajariku bagaimana cara mendapat tubuh ideal. Dia merubah pola makanku dan pola hidupku agar lebih sehat. Sebenarnya aku tidaklah terlalu gendut, aku hanya memiliki paha yang besar dan perut yang buncit. Berat badanku yang awalnya 58 kg kini menjadi 50 kg setelah sebulan latihan olahraga teratur dan makan makanan organic. Aku pun tahu cara memakai BB cream, eyeliner, lip balm, dan alis sebagaimana harusnya perempuan. Kini aku bukan hanya di juluki si Jimmy Neutron versi cewek tapi sekarang aku dijuluki sebagai Miss Indonesia karena aku memiliki otak yang cerdas dan penampilan yang menarik.
Banyak yang berubah setelah aku mendapatkan kecantikanku. Banyak teman yang mendekatiku. Aku pun memiliki banyak teman. Bahkan beberapa lelaki sengaja mendekatiku. Aku pun agak tertarik dengan Surya, meski aku tahu dia adalah milik Reni. Namun dengan apa yang aku miliki sekarang aku mampu menghadapi dia sendiri.
Aku mulai mendekati Surya, perlahan aku sering chatting dengannya. Dari chatting berubah jadi dating itu adalah tujuanku. Akhirnya aku bertemu dengan Surya di sebuah mall. Kami menonton bioskop dan makan ice cream bersama. Akhirnya Surya memintaku datang ke sebuah pesta ulang tahunnya. Aku pun menyanggupi dengan beberapa syarat. Lalu Surya menyanggupi dan tersenyum padaku.
Malam pesta ulang tahunnya pun datang, aku datang dengan dress bewarna merah dan rambut yang terurai dengan anggun. Aku datang bersama Vera. Surya pun menyambutku. Terlihat tak jauh dari tempat ku berdiri ada seseorang yang menatapku penuh cemburu, ya dia adalah Reni. Dia menghampiriku dan memeluk Surya seakan menandai area wilayahnya.
Puncak pesta pun dimulai, saatnya tiup lilin dan potong kue. Semua orang bernyanyi “potong kuenya sekarang juga… sekarang juga..” lalu seusai Surya make a wish dan meniup lilinnya, dia memotong kue pertamanya.
“Potongan pertama ini aku tunjukan pada cewekku tersayang, dia adalah Mia”
Aku pun menerima potongan kuenya dan betapa marahnya Reni melihat hal itu. Dia pun menjadi-jadi lalu memukuli Surya. Surya tak hanya tinggal diam, dia memanggil security untuk menyeretnya keluar. Semua mata tertuju pada Reni dan aku sangat puas melihat dia dipermalukan seperti itu. Semua orang sibuk membicarakan Reni yang begitu kasar dan tidak pernah merasa bersalah. Aku hanya melenggang dan menghilang dari kerumunan.
Esok harinya di perpustakaan aku bertemu Doni, dia menghampiriku dengan wajah kesalnya. Dia menatap mataku dalam-dalam sembari mengatakan sesuatu.
“Apa benar ini membuatmu bahagia? Haruskah sejauh ini kau melangkah?” bisiknya padaku lalu pergi tanpa sempat aku mengatakan apapun.
Aku terus saja memikirkan apa yang Doni katakan. Tapi sekarang aku benar-benar tidak takut apapun, aku kehilangan rasa takutku. Rasa takut akan ditindas, rasa takut akan dipermalukan, rasa takut akan kehilangan. Aku benar-benar tidak merasakannya lagi. Haruskah aku berhenti di tengah aku memiliki segala yang aku inginkan selama ini? Ah masa bodoh dengan perkataannya.
Malam ini Vera berencana makan malam denganku, dia akan mengajakku ke apartemennya. Sesampainya aku di apartemen, aku membunyikan bel, Vera membukakan pintu dan mengajakku masuk. Sungguh terkejut aku saat memasuki ruang makan.
“Maafkan aku Mia, aku juga harus menyelamatkan hidupku. Jadi aku menukar diriku dengan dirimu sesuai permintaan Reni” ucap Vera dengan menangis.
Aku benar-benar terkejut, Reni pun menjambakku dan memasukanku ke gudang. Mereka menyiksaku bersama dua teman lainnya. Vera pun tak bisa berbuat apapun. Akhirnya Vera mengambil ponselku dan menelepon Doni lalu menceritakan apa yang terjadi. Tiba-tiba sebelum menyebutkan lokasinya, Vera tengah dibius oleh Nina dan diikat bersamaku.
“Kau takkan bisa mengambil apapun dariku, bahkan temanmu pun menyerahkanmu demi dirinya” kata Reni padaku.
Aku hanya menangis dan menangis. Tiba-tiba terdengar suara aneh, polisi datang menyergap dan menyelamatkan kami. Doni mencoba membebaskan ikatanku lalu membawaku ke Rumah Sakit. Setelah mendapat perawatan aku meminta Doni mengantarku pulang. Setelah aku sampai di depan kos, aku hanya berterima kasih padanya dan dia pun beranjak pulang. Lalu sepasang lampu mobil tengah menyala dan semakin mendekat ke arahku dengan kecepatan tinggi. Aku pun menjerit dan entah bagaimana aku merasa seperti di surga.
Saat aku membuka mata aku melihat kilau lampu rumah sakit dan Vera tengah menungguku terbangun. Aku jadi teringat kejadian semalam dan menanyakan apa yang terjadi.
“Kau baik-baik saja? Reni mencoba mencelakaimu lagi, dia lolos dari tangkapan polisi. Namun sekarang dia sudah dijebloskan di penjara, sekarang kau aman.” Ucap Vera.
“Lalu bagaimana aku selamat?”
“Itu…. Mmmh, Doni menyelamatkanmu. Sekarang dia kritis.”
Betapa terkejutnya aku dan aku pun datang menemui Doni. Aku memanggil namanya berulang kali tapi dia tetap saja menutup mata. Aku hanya mampu menangis dan menangis. Aku merasa semua yang terjadi adalah salahku. Andai aku tidak balas dendam pasti Reni takkan menggila dan Doni pasti baik-baik saja. Aku pun memutuskan meninggalkan kota dan kembali ke desa menjauh dari orang-orang yang ku kenal. Aku merasa aku takkan mampu memperlihatkan wajahku di depan Doni nanti.
Kini aku akan memulai hidup baru lagi di kampung kecil ini. Aku akan mencari ketenangan sesungguhnya dan melepaskan semua ambisiku. Sekarang aku menyadari musuh terbesarku bukan Rena, musuh terbesarku adalah diriku sendiri. Tak seharusnya aku menjadi orang lain. bahkan hal yang paling aku takutnya malah menjadi diriku yang baru. Namun meski terlihat aku memiliki semuanya, sungguh aku tak mendapatkan apapun dengan memakai topeng. Sekarang saatnya aku melepas topengku, menyembuhkan luka dan sesal di dalam hatiku.
Setiap perbuatan ada balasannya, andai aku menunggu lebih sabar tanpa balas dendam. Kini aku pun harus menanggung apa yang telah aku tuai sendiri. Reni sekarang dipenjara dan aku takkan bisa bertemu dengan orang yang sangat berharga bagiku lagi.
“Siapa namamu? Aku sering melihatmu menjual kue pada anak-anak SD itu.” Kata seseorang padaku, sama seperti ucapan seseorang saat pertama kali bertemu dulu, bahkan terdengar sangat mirip.
“Namaku Mia” sambil terbelalak mataku melihat wajah orang yang mirip dengan Doni.
“Namaku Doni. Senang bertemu denganmu, Mia” jawabnya sambil tersenyum.
Akupun hanya terpaku pada binar matanya sembari membalas senyum manisnya tanpa mengucap kata-kata. Kini aku takkan bersembunyi lagi dan aku akan membalas semua yang telah dia berikan padaku.

Comments

Popular posts from this blog

Maafkan Aku yang Mengagumimu dari Jauh

Wahai kasih... Tau kah kamu bahwa aku mengagumimu dari jauh? Melihat dirimu yang tersenyum indah diantara jarak antara kau dan aku. Taukah kamu bahwa aku mengagumimu dari jauh? Membawa rindu di pelupuk sendu. Dalam diamku, Aku mendoakanmu. Dalam diamku, Aku merindukanmu. Dalam diamku, Aku berharap memilikimu. Ya, benar aku hanya pecundang. Pecundang yang membawa mati batin yg kian meradang. Pecundang yang mengharapkan namun tak sanggup mengucapkan. Pecundang yang tak pernah percaya diri untuk pantas mencintaimu. Namun salahkah jika rasaku tak berjeda? Meski semua rasaku terdiam dalam seribu bahasa, Ku tetap ingin tuhan membuat jalanku dan jalanmu menjadi satu.

Drama Action tapi Lucu? Terius Behind Me adalah Jawabannya

Sebenarnya aku termasuk orang yang gak seberapa suka dengan drama korea yang bergenre action. Tapi sejak aku menemukan Terius Behind Me aku langsung jatuh hati gais. Kalian ingat film Mission Impossible? Yap drama ini serupa tapi tak sama dengan film tersebut. Drama ini berkisah tentang Terius (Kim Bon) yang merupakan seorang agen mata-mata yang bekerja untuk NIS. Namun karena suatu alasan ia akhirnya menjadi pengasuh anak dari Go Ae Rin. Emang mungkin tampak biasa, tapi bisa kebayang gak kalau laki-laki super maco yang sudah biasa dengan kekerasan dan melawan kejahatan tiba-tiba harus menjadi pengasuh anak dan bersikap lembut? Nah kebayang kan ahjussi keren ngasuh si kembar Joon-Joon. Gimana kalau ada pengasuh sekeren itu ya di Indonesia? Wkwkwk😂 Tujuan ia mengasuh anak Go Ae Rin adalah untuk melindungi keluarga Go Ae Rin karena suami Go Ae Rin terbunuh oleh penjahat. Nah menariknya dari drama ini adalah dibintangi oleh pemain-pemain yang TOP dan super kece sehingga dram...

About Relationship: Perbedaan Friendzone dan Friend with Benefit Apa?

Hai gais, bicara soal cinta-cintaan emang ga ada habisnya. Banyak pula cerita tentang cinta seperti terjebak friendzone ataupun harus jalani hubungan friend with benefit. Tapi apakah kedua hal tersebut adalah sama??? Jawabannya enggak! Friendzone dan friend with benefit itu beda gais. Pengen tau bedanya? Yuk simak :) Kalian pernah bersahabat atau berteman dekat dengan lawan jenis?? Kalau kalian pernah, apakah kalian pernah menyukai sahabat kalian tsb? Jika jawabannya pernah, fix kalian terjebak friendzone. Friendzone adalah kondisi dimana kalian berteman dg lawan jenis terus salah satu diantara kalian baper atau justru dua-duanya udah baper 😂 Biasanya kondisi friendzone ini ditandai dengan salah satu dari mereka pengen upgrade pertemanan menjadi pacaran, atau dua-duanya pengen pacaran tapi gak tau bagaimana mengubah pertemanan menjadi lebih dari sekedar teman (karena emang susah dan menimbulkan kecanggungan mendalam hehehe).  Kalau sudah begini kalian harus gimana...